Senin, 30 Juni 2014

3 sahabat, 3 cerita..



Didalam hidup kita akan bertemu berbagai jenis karakteristik orang, ada yang pemarah, ada yang pendiam bahkan tertutup, ada yang angkuh, misterius,cerewet, ada juga yang gampang “dibodohin” bahkan banyak juga loh yang “maha tahu” segalanya. Kisah ini bercerita tentang tiga sahabatku, dengan segala latar belakang dan kepribadian mereka yang berbeda jauh satu dengan yang lain. Dan aku, harus bisa menerima ketiganya didalam  kehidupanku.
Sara
Aku mengenalnya sejak dibangku kuliah, kita bersahabat sudah 8 tahun. Dia adalah teman sekelasku ketika mengenyam pendidikan di UGM dulu. Kenapa aku bisa bersahabat lama dengan Sara, karena dia anak yang sangat bisa diajak diskusi apapun, mulai dari jaman kita dulu suka ngebahas urusan kuliah, gebetan yang jadi inceran kita berdua, sampai politik dan perkembangan perekonomian Negara ini pun sering banget jadi bahan obrolan kita kalau bertemu (Bok.. secara kita kan anak akuntansi, hehe!) bertemu dan sekedar menikmati kopi atau teh di kafe, udah jadi acara rutin kita berdua lah pokoknya, Sara asli orang yogyakarta, jadi memang pembawaanya kalem dengan Javanese-beauty-nya, rambut lurus pendek sebahu, Sara cukup menarik, kulitnya coklat, tinggi semampai dan bertubuh langsing (kurus malahan menurutku). Dia bekerja di salah satu perusahaan media televisi terbesar di Indonesia, sejak 4 tahun lalu dan menetap di Jakarta sejak saat itu. Aku tidak hanya mengenal Sara, keluarganya pun sangat akrab dengan aku. Satu hal yang selalu membuatku merasa heran dengan sahabatku ini, dia gampang sekali percaya dan berbaik hati buat orang, I mean, kita boleh aja baik ke orang (harus kok malahan) tapi inget  juga dong jangan sampai pengasihan lupa diri dan pada akhirnya orang-orang dengan gampangnya ngeinjek-injek kita.
Dirga
Nama lengkapnya, Dirgantara Bramantyo. Menurutnya, nama itu berhubungan dengan pekerjaan ayahnya sebagai perwira TNI angkatan udara. Aku mengenal Dirga sejak kecil, (yep, sejak kecil) orang tua kami bersahabat bahkan mungkin sejak aku dan Dirga belum lahir. Kami tidak seumuran, Dirga empat tahun lebih tua dari aku, umurnya kini 30 tahun. Single, available dan tajir mampus. Aku bertemu Dirga kembali saat aku mulai masuk kuliah, aku agak lupa dengan sosok laki-laki ini, maklum lama tidak bertemu, yang aku tahu dia kuliah di Seattle, sejak saaat itu aku tidak pernah lagi bertemu dengan dia. Suatu ketika, di Hari raya idul fitri tepatnya di tahun pertamaku menjadi mahasiswa, aku bertemu Dirga di rumahku. Ayah dan ibunya Dirga serta kakak perempuannya Mbak Ayu bersilahturahmi ke rumahku saat itu. It was really surprising me, after a very long time, we are lost in contact, I met my childhoodmate again. Aku tidak banyak tahu tentang Dirga beberapa tahun ini, yang aku tahu dia kuliah di seattle dan telah kembali ke Jakarta, dibalik sikap tertutup dan misterius Dirga, aku mengetahui sisi lain dari pria berdarah Batak-Jerman ini.
Veve
Aku kenal Veve sejak kita berdua magang di Citibank dulu, yang paling aku ingat dari cewek satu ini adalah ke-judes-an nya sama orang, kalau ngomong  langsung nyablak, dan  kalau kalian baru kenal Veve, kalian pasti bakal super BT sama dia. first impressionku pas kenal dia ancur banget, satu lagi anaknya kasar. Becandaannya ataupun omongannya. One thing that I like about her itu cuma satu she speaks straight to the point, itu menunjukan dia bukan kind of basa-basi-people. Veve, berdarah Palembang, kulit putih, rambut curly dengan cat berwarna dark brown, she is stylish. Aku tidak pernah betah ngobrol dengan dia, palingan hanya sekedar hi and bye saja. Namun ada satu moment dimana, aku akhirnya mengerti kenapa Veve, bersikap seolah tidak pernah peduli dengan orang disekitarnya, kenapa dia selalu ketus ketika beerbicara bahkan tergolong kasar untuk ukuran perempuan kalau bercanda.

0 komentar:

Posting Komentar

 

KeziaEx Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template